A. Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara
atau atmosfer pada suatu wilayah yang relatif sempit dan dalam jangka waktu
yang relatif singkat. Cuaca bisa berubah dalam waktu yang relatif
singkat, misalnya cuaca siang hari yang panas pada sore atau malam hari akan
berubah menjadi dingin dan sebagainya. Ilmu yang
khusus mempelajari tentang cuaca disebut meteorologi.
1. Peranan cuaca dan iklim terhadap
vegetasi
Dampak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan oleh sesuatu unsur cuaca/iklim kepada kegiatan pertanian. Dampak
lansung tersebut ada yang dirasakan seketika, dan ada yang dirasakan.secara.lambat.
Dampak langsung seketika, misalnya
curah hujan yang lebat atau terus menerus dapat menimbulkan tanah longsor saat
itu; angin kencang menimbulkan kerusakan batang tanaman, adanya embun beku yangmengenai
tanaman membuat daun dan batang tanaman menjadi kering.
Dampak langsung yang diraskan secara
lambat adalah kadar cuaca yang baru dirasakan setelah berkali-kali terjadi;
misalnya tanah menjadi lembap setelah beberapa hari turun hujan; tanah menjadi
kering setelah beberapa hari hujan makin berkurang.
Dampak tidak langsung adalah dampak
yang ditimbulkan oleh faktor lain tetapi faktor tersebut timbul berkaitan
dengan cuaca/iklim yang terjadi, sedangkan kadar cuaca/iklim yang terjadi
tersebut diperlukan bagi kegiatan pertanian pada waktu itu. Cuaca / iklim tidak
hanya diperlukan tanaman saja tetapi hama , penyakit, tumbuhan parasit juga
memerlukan cuaca / iklim. Sering terjadi bahwa kerusakan tanaman tidak karena
cuaca saat itu secara langsung , tetapi karena timbulnya hama, penyakit,
parasit yang justru hidup subur pada saat adanya cuaca yang diperlukan bagi
tanaman dan kegiatan pertanian waktu itu. Dengan demikian gangguan tidak timbul
dari cuaca, tetapi karena hama, penyakit, dan parasit yang hidup subur karena
didukung cuaca waktu itu.
Menurut Yusmin
(2008), Perubahan iklim akan membawa pengaruh terhadap intensitas dampak dan
sangat tergantung terhadap penyimpangannya (ekstern atau tidak ekstern). Secara
umum dampak penyimpangan iklim, meliputi:
1. Kegagalan
panen tanaman pangan akibat kekeringan.
2. Kegagalan
panen tanaman pangan akibat banjir.
3. Penurunan
produksi holtikultura akibat penyimpangan iklim yang mempengaruhi periode
pertumbuhan.
4. Kebakaran
hutan yang memengaruhi produksi kayu dan hasil hutan.
5. Menurunnya kesediaan air, yang
akan mengganggu proses budidaya pertanian.
6. Kebakaran hutan.
B.
Iklim
Iklim adalah cuaca rata-rata di daerah luas dalam
jangka waktu panjang ( kira-kira 30 tahun). Di muka bumi ini iklim
sangatlah beragam, hal ini disebabkan karena rotasi dan revolusi serta adanya perbedaan
garis lintang.
Beberapa macam iklim dapat diuraikan
sebagai berikut :
1.
Iklim
Matahari
Klasifikasi
iklim matahari, didasarkan pada jumlah sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi. Pembagian daerah iklim dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Daerah Iklim
Tropis : 00 – 23,50 LU/LS
b. Daerah Iklim
Subtropis : 230 - 400 LU/LS
c. Daerah Iklim
Sedang : 400 – 66,50 LU/LS
d. Daerah Iklim
Dingin : 66,50 – 900 LU/LS
2.
Iklim Fisis
Iklim Fisis adalah iklim yang didasarkan pada pembagian
daerah menurut kenyataan ssungguhnya sebagai pengaruh dari faktor – faktor
fisis berikut.
a. Pengaruh
daratan yang luas
b. Pengaruh lautan
c. Pengaruh angin
d. Pengaruh arus
laut
e. Pengaruh
vegetasi
f. Pengaruh
topografi
Menurut pembagian iklim fisis ada daerah iklim
kontinental, daerah iklim gurun, daerah iklim pegunungan, dan daerah iklim
tundra.
3.
Iklim kodrat
Pembagian iklim ini disesuaikan dengan batas kehidupan
tumbuh-tumbuhan dan sebagai batas daerah iklim digunakan garis isoterm pada
bulan terpanas dan terdingin selama satu tahun.
4.
Iklim Koppen
Iklim ini paling banyak dipergunakan orang.
Klasifikasinya berdasarkan curah hujan dan suhu. Koppen membagi iklim dalam 5
daerah iklim dan dinyatakan dalam simbol huruf.
a.
Iklim A (Iklim Hujan Tropis)
Temperatur bulan terdingin tidak kurang
dari 180C, curah hujan tahunan tinggi, rata-rata lebih dari 70
cm/tahun. Tumbuhan beraneka ragam.
1. Af
: Iklim hutan hujan tropis
2. Aw : Iklim
sabana
b. Iklim B (Iklim
Kering atau Gurun)
Terdapat di daerah gurun atau semi arid
(steppa), curah hujan terendah 25,5 mm/tahun. Penguapan besar.
1. Bs :
Iklim stepa
2. Bw : Iklim
gurun
c.
Iklim C (Iklim Sedang)
Temperatur bulan terdingin 180C
sampai -30C.
1. Cf
: Iklim sedang maritim tidak dengan musim kering
2. Cw : Iklim
sedang maritim dengan musim dingin yang kering
3. Cs
: Iklim sedang maritim dengan musim panas yang kering
d. Iklim D (Iklim
Salju atau Microtermal)
Suhu rata-rata bulan terpanas lebih
dari 100C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin -30C.
1. Df
: Iklim sedang kontinental yang selalu basah
2. Dw: Iklim
sedang kontinental dengan musim dingin yang kering
e. Iklim E (Iklim
Kutub)
Terdapat di daerah arktik dan
antartika. Suhu tidak pernah lebih dari 100C. Tidak mempunyai musim
panas yang benar-benar panas.
1. Et : Iklim
tundra
2. Ef : Iklim es
abadi
5.
Iklim Schmidt-Ferguson
Di
Indonesia terbagi menjadi 8 tipe Iklim :
a. kategori sangat basah, nilai Q = 0 –
14,3 %
b. kategori basah, nilai Q = 14,3 –
33,3 %
c. kategori agak basah nilai Q 33,3 –
60 %
d. kategori sedang, nilai Q = 60 – 100
%
e. kategori agak kering, nilai Q = 100
– 167 %
f. kategori kering, nilai Q = 167 – 300
%
g. kategori sangat kering, nilai Q =
300 – 700 %
h. kategori luar biasa kering, nilai Q
= lebih dari 700 %
6.
Iklim Oldeman
Seperti halnya metode Schmidt-Ferguson, metode Oldeman
(1975),hanya memakai unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim. Bulan basah dan Bulan kering secara berturut-turut,
yang dikaitkan dengan pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Maka penggolongan
iklimnya dikenal dengan sebutan zona agroklimat (agrolimatic classification).
Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama, yaitu :
a. Jika terdapat
lebih dari 9 bulan basah berurutan
b. Jika terdapat
7-9 bulan basah berurutan
c. Jika terdapat
5-6 bulan basah berurutan
d. Jika terdapat
3-4 bulan basah berurutan
e. Jika terdapat
kurang dari 3 bulan basah berurutan
Klasifikasi yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut
:
a. Bulan basah
apabila curah hujannya lebih dari 200 mm.
b. Bulan lembab
apabila curah hujannya 100-200 mm.
c. Bulan kering
apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.
7.
Iklim F.
Junghuhn
Klasifikasi iklim Junghuhn didasarkan pada ketinggian
tempat yang dikaitkan dengan jenis tanaman yang dapat tumbuh dan bereproduksi
secara optimal di suatu daerah. Junghuhn mengklarifikasikan daerah iklim di
Pulau Jawa secara vertikal, yakni sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
C. Pengaruh
cuaca dan iklim terhadap persebaran vegetasi
Vegetasi
adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan
bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh faktor geologis, geografis (seperti
ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Dengan demikian disetiap belahan
bumi akan berbeda jenis vegetasinya. Menurut Merriem persebaran tumbuhan dari
khatulistiwa ke daerah lintang tinggi memiliki cir-ciri sebagai berikut:
1. Keanekaragaman tumbuhan berkurang
2. Kerapatan tumbuhan semakin renggang
3. Ketinggian tumbuhan semakin
berkurang
Berdasarkan
topografi, semakin tinggi suatu tempat maka suhu udara semakin rendah. Dengan
demikian vegetasi di setiap ketinggian akan berbeda tergantung suhu yang
mempengaruhi tumbuhan tersebut.
Iklim, terutama suhu udara dan curah hujan, mempunyai
pengruh yang besar terhadap persebaran flora. Indonesia beriklim tropis
sehingga suhu udara rata-rata tiap tahun menjadi cukup tinggi. Oleh sebab itu,
tumbuh-tumbuhan di Indonesia tumbuh sepanjang tahun dan tidak menngalami musim
gugur seperti di negara-negara beriklim subtropis. Selain itu, perbedaan
intensitas curah hujan di tia-tiap wilayah Indonesia mempengaruhi jenis dan pertumbuhan
floranya.
1.
Pengaruh
cuaca dan iklim terhadap persebaran vegetasi di Indonesia
Berdasarkan banyak sedikitnya curah hujan di tiap daerah,
pembagian flora di Indonesia antara lain sebagai berikut :
a. Hutan hujan
tropis. Hutan ini sangat lebat dan sinar matahari tidak dapat menembus ke
bawah. Contohnya terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
b. Hutan musim.
Hutan yang daun-daunnya meranggas pada musim kemarau dan tumbuh di musim
penghujan. Terdapat di daerah-daerah lintang tinggi dengan curah hujan yang
sedang, seperti hutan jati di Jawa dan Sulawesi (Buton).
c. Sabana.
Merupakan daerah yang bersuhu udara tinggi dengan curah hujan sedikit, terdapat
padang rumput yang diselingi semak belukar (sabana). Contohnya terdapat di NTB,
NTT dan Sulawesi Tengah.
2.
Pengaruh
cuaca dan iklim terhadap persebaran vegetasi dunia:
a.
Padang
Rumput
Vegetasi ini terdapat di daerah tropis sampai subtropis
dengan curah hujan antara 25 cm – 50 cm pertahun. Ciri-ciri vegetasi yaitu
tidak ada pohon melainkan rumput (Graminae). Porositas (peresapan air) tinggi
dan drainase (aliran air) cepat. Vegetasi di daerah ini tergantung pada
kelembaban. Hewann yang hidup di daerah ini
antara lain bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah,
kangguru, serangga, tikus, dan ular. Terdapat pada daerah Hongaria, Amerika Utara,
Argentina dan Rusia Selatan.
Padang
rumput adalah suatu wilayah yang tumbuhannya didominasi oleh rerumputan dengan
karakteristik wilayah sebagai berikut:
1.
terletak
di daerah tropis sampai subtropis,
2.
curah
hujan antara 25 cm - 50 cm per tahun,
3.
terdapat
di daerah basah, seperti Amerika Utara dan India.
b. Gurun
Daerah ini berbatasan dengan padang rumput. Semakin jauh
dari padang rumput maka keadaan semakin gersang. Curah hujannya sangat rendah
berkisar kurang dari 25 cm per tahun dan hujan turun tidak lebat juga tidak
teratur. Ciri-ciri vegetasi dengan jumlah pohon sangat sedikit yang tumbuh
adalah jenis tumbuhan tahan kering (xerofit), berbunga dan berbuah dalam waktu
pendek (efermer). Matahari bersinar terik didaerah ini hingga suhu pada musim
panas dapat mencapai 40o dan amplitudo suhu hariannya sangat besar.
Tanah yang tandus dan kandungan air yang sangat rendah membuat tumbuhan dan
hewan-hewan tertentu saja yang dapat bertahan di daerah ini. Tumbuhan yang
dapat bertahan di gurun di antaranya kaktus yang memiliki batang yang dapat
menyimpan cadangan air dalam waktu yang lama, berdaun seperti duri atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang, sedangkan hewan yang dapat bertahan di gurun
di antaranya adalah unta dan ular. Daerah gurun Gobi (RRC), gurun Sahara
(Afrika Utara), gurun Kalahari (Afrika Selatan).
Gurun merupakan daerah tandus yang berbatasan dengan padang
rumput dan semakin menjauh dari padang rumput semakin gersang. Ciri-ciri gurun
sebagai berikut:
1. curah hujan rendah (kurang dari 25
cm per tahun),
2. hujan turun tidak teratur dan tidak
pernah lebat,
3. matahari sangat terik (pada musim
panas suhu dapat mencapai 40o C), dan
4. amplitudo harian sangat besar.
c.
Tundra
Tundra merupakan daerah yang dingin dan beku. Terdapat
didaerah kutub dan beriklim kutub. Pepohonan disini amat pendek (semak) dan
lumut kerak (Lichenes). Masa pertumbuhan sangat pendek karena pada musim dingin
air membeku menjadi es. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Selain
tumbuhan, terdapat pula hewan yang hidup didaerah ini seperti beruang kutub,
rusa kutub, serigala, burung-burung yang bermigrasi. Beberapa diantara mereka
ada yang menetap dan ada pula yang datang hanya pada saat musim panas.
Tundra adalah daerah dingin (beku), dengan ciri-ciri:
1. terletak hanya di daerah kutub
utara,
2. memiliki iklim kutub,
3. pohon rendah/amat pendek (semak) dan
lumut,
4. masa pertumbuhan vegetasi sangat
pendek.
d. Hutan hujan tropis
Berada di daerah tropis dan subtropis. Mempunyai spesies
pohon yang beragam dan sepanjang tahun selalu mendapatkan air. Bioma hutan
hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti
Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta
Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per tahun
dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun. Ketinggian tumbuhan 20 m
sampai 40 m. Pepohonannya berdaun lebar dan terdapat jenis pohon dari sulur
hingga kayu keras. Hewan di daerah ini pun beragam.
Hutan hujan topis terdapat di daerah tropis dan subtropis.
Hutan ini sepanjang tahun selalu mendapatkan air dan mempunyai spesies
pepohonan yang beragam. Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. masa pertumbuhannya lama,
2. jenis tumbuhannya banyak,
3. ketinggian 20 m sampai 40 m,
4. berdaun lebar,
5. hutan basah,
6. jenis pohon sulur hingga kayu keras.
e.
Hutan
gugur
Terdapat di daerah yang memiliki dua musim. Pada musim
panas, dedaunan akan berwarna hijau. Sedangkan pada musim dingin, pepohonan
akan mengugurkan dedaunannya. Terdapat pada daerah iklim sedang, seperti Eropa,
sebagian Asia dan Amerika. Curah hujan antara 75 cm – 100 cm per tahun. Hewan
yang hidup di bioma ini antara lain tikus, beruang, bajing, dan burung.
Beberapa hewan pada bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang
selama musim dingin dengan terlebih dahulu mengonsumsi banyak makanan.
Hutan ini selain didominasi padang rumput, juga mempunyai
tumbuhan yang daunnya gugur pada musim gugur. Hutan gugur memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. curah hujan merata sepanjang tahun,
2. curah hujan antara 75 cm - sampai
100 cm per tahun,
3. terdapat di daerah yang memiliki
empat musim,
4. pohon tidak terlalu rapat,
5. ketinggian tumbuhan 10 m - 20 m,
6. spesiesnya sedikit.
f. Taiga
Didominasi oleh tumbuhan yang berdaun seperti jarum
(conifer). Bioma ini memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun.
Daerah ini sangat basah karena penguapan yang rendah. Ciri-ciri lainnya adalah
suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas
satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah
sedikit sekali.
Hutan yang didominasi oleh tanaman pohon pinus berdaun
seperti jarum. Persebarannya di Indonesia sangat merata dan beraneka. Banyak
tumbuhan yang hanya tumbuh di Indonesia (endemic). Dari 300.000 jenis tumbuhan
di bumi ini kurang lebih 37.000 jenis (12,3%) terdapat di Indonesia. Hal ini
karena Indonesia terletak di antara dua kawasan biogeografi, yaitu Oriental dan
Australia. Ada beberapa jenis tumbuhan langka yang tumbuh di Indonesia,
misalnya bunga Raflesia di Bengkulu, D.I. Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan
Timur, Jambi dan Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar