Sabtu, 14 Januari 2017

SEJARAH SINGKAT DATUK RI TIRO

Datuk ri Tiro yang bernama asli Nurdin Ariyani/Abdul Jawad dengan gelar Khatib Bungsu adalah seorang ulama dari Koto Tangah, Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan serta Kerajaan Bima di Nusa Tenggara sejak kedatangannya pada penghujung abad ke-16 hingga akhir hayatnya. Dia bersama dua orang saudaranya yang juga ulama, yaitu Datuk Patimang yang bernama asli Datuk Sulaiman dan bergelar Khatib Sulung serta Datuk ri Bandang yang bernama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah timur nusantara pada masa itu.
Pada tahun 1604 M, Al Maulana Khatib Bungsu menyiarkan agama Islam di Tiro (Bulukumba) dan sekitarnya. Adapun raja yang pertama diislamkan dalam kerajaan Tiro adalah Launru Daeng Biasa yang bergelar Karaeng Ambibia. Launru Daeng Biasa adalah cucu ke empat dari Karaeng Samparaja Daeng Malaja yang bergelar Karaeng Sapo Batu yang merupakan raja pertama di Tiro.


A.   Dakwah Islam

Datuk ri Tiro bersama dua saudaranya, Datuk ri Bandang dan Datuk Patimang menyebarkan agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan dengan menyesuaikan keahlian yang mereka miliki masing-masing dengan situasi dan kondisi masyarakat yang akan mereka hadapi. Datuk ri Tiro yang ahli tasawuf melakukan syiar Islam di wilayah selatan, yaitu Tiro, Bulukumba, Bantaeng dan Tanete, yang masyarakatnya masih kuat memegang budaya sihir dan mantera-mantera. Sedangkan Datuk Patimang yang ahli tentang tauhid telah lebih dulu menyiarkan Islam di wilayah utara yaitu Kerajaan Luwu (Suppa, Soppeng, Luwu) yang masyarakatnya masih menyembah dewa-dewa. Sementara itu Datuk ri Bandang yang ahli fikih berdakwah di wilayah tengah yaitu Kerajaan Gowa dan Tallo (Gowa, Takalar, Jeneponto dan Bantaeng) yang masyarakatnya senang dengan perjudian, mabuk minuman keras serta menyabung ayam. Belakangan Datuk ri Tiro dan Datuk ri Bandang juga menyiarkan Islam ke Kerajaan Bima, Nusa Tenggara


B.   Wafat

Setelah beberapa lama melaksanakan dakwah Islam, akhirnya Khatib Bungsu atau Datuk ri Tiro berhasil mengajak raja Karaeng Tiro (Sulawesi Selatan) serta raja Bima (Nusa Tenggara) masuk Islam. Sang pendakwah itu tidak kembali lagi ke Minangkabau sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di Tiro atau sekarang Bontotiro.
C.   Makam
Makam Al Maulana Khatib Bungsu terletak di Kelurahan Eka Tiro, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba. Makam ini berjarak 44 km dari kota Bulukumba, setiap hari makam ini banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan bahkan ada yang dari luar pulau seperti dari Sumatera dan Jawa.
Tidak ada informasi yang jelas kapan Dato Tiro wafat dan dimana tempatnya, namun yang pasti di Dusun Hila-hila Kelurahan Eka Tiro Kecamatan Bontotiro ada sebuah makam yang dipercaya masyarakat sebagai makam Dato Tiro penyebar agama Islam pertama di Kabupaten Bulukumba.


D.   Masjid Nurul Hilal Dato Tiro

Mesjid Nurul Hilal Dato Tiro (sebelum tahun 1997 bernama Masjid Hila-Hila) adalah masjid yang terdapat di Kecamatan Bonto Tiro, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Masjid peninggalan Al Maulana Khatib Bungsu atau Dato Tiro, seorang ulama penyebar agama Islam, ini merupakan masjid tertua di Bulukumba yang didirikan pada tahun 1605 M. Masjid ini terletak sekitar 36 kilometer dari pusat Kota Bulukumba. Keunikan masjid ini adalah kubahnya yang berbentuk menyerupai rumah adat Jawa yang terdiri dari tiga tingkat, sedangkan arsitektur dinding jendela diambil dari rumah khas Sulawesi Selatan, Tongkonan.

Masjid Nurul Hilal Dato Tiro

Di luar masjid terdapat dua buah menara setinggi 20 meter, sedangkan di dalam masjid ini terdapat empat buah tiang dan sejumlah tulisan kaligrafi yang berada di sudut dinding masjid. Di samping masjid ini terdapat sebuah kolam yang dinamai kolam hila-hila. Konon kabarnya, mata air yang keluar dari dasar kolam tersebut awalnya berasal saat Dato Tiro membuat garis menggunakan tongkatnya hingga mengeluarkan air yang berkelok-kelok seperti ular. Kolam inilah yang menjadi daya tarik pariwisata, selain makam Dato Tiro yang terletak sekitar 100 meter dari masjid. Masjid ini telah mengalami lima kali renovasi. Renovasi pertama kali dilakukan pada tahun 1625, sedangkan renovasi terakhir kali dilakukan pada tahun 1998. Sejak berdiri, masjid ini bernama Masjid Hila-Hila hingga pada tahun 1997 namanya diganti menjadi Masjid Nurul Hilal Dato Tiro.



Referensi

PULAU LIUKANG LOE BULUKUMBA

Pulau Liukang Loe merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah barat Pantai Tanjung Bira, Pengunjung di Pantai Liukang Loe pun tidak seramai dengan pengunjung yang ada di Pantai Tanjung Bira.
Nama Liukang Loe konon berasal dari Bahasa Konjo. Liukang berarti kayu hitam dan Loe berarti banyak. Jadi Pulau Liukang Loe berarti sebuah pulau yang mempunyai banyak kayu hitam. Pulau ini merupakan pulau berpenghuni dan di dalamnya terdapat dua kampung yakni Kampung Buntutuleng dan Passilohe.
Pulau Liukang Loe mempunyai pantai dengan hamparan pasirnya yang berwarna putih serta air laut yang berwarna biru jernih. Sekumpulan pepohonan nan hijau pun turut menghiasi bbir pantai.



Pulau Liukang Loe
a)   Lokasi
Lokasi Pulau Liukang Loe secara administratif terletak di desa Bira Kecamatan Bontobahari. Terletak pada kordinat 120°25'57.59" BT dan 5°38'24.88"  LS. Lokasi ini berjarak sekitar 7 kilometer dari Pantai Bira dan sekitar 46 kilometer dari pusat kota Bulukumba.
b)   Aksesibilitas
Untuk menuju ke pulau ini, pengunjung dapat menyewa kapal di Pantai Bira dengan tujuan ke Pulau Liukang Loe. Tarif sewa per kapalnya sekitar Rp 300.000 hingga Rp 500.000, tergantung kesepakatan dengan si pemilik kapal dengan waktu tempuh sekitar 15 hingga 20 menit.
Perjalanan menuju Pulau Liukang

c)    Sarana dan Akomodasi
Pengunjung yang datang ke pulau ini biasanya melakukan berbagai aktivitas wisata pantai seperti snorkeling dan diving yang mana di pulau ini merupakan tempat yang pas untuk snorkeling dan diving karena memiliki keeksotisan terumbu karang yang cukup menarik.
Di Pulau Liukang Loe, Wisatawan tidak hanya dapat menikmati keeksotisan terumbu karang tapi juga dapat menikmati aneka kuliner dan membeli cendera mata khas masyarakat Liukang Loe berupa sarung tenun Bangkuru Bira, Bulukumba. Di sebelah barat pulau merupakan permukiman penduduk yang berdomisili di tempat tersebut.
Selain itu, wisatawan mancanegara juga biasanya lebih memilih untuk berjemur di pinggir pantai karena pulau ini cukup tenang, juga karena pantai Pulau Liukang Loe cukup bersih. Untuk pengunjung yang hobi memancing, terdapat dermaga yang biasanya dimanfaatkan penduduk maupun pengunjung untuk memancing ikan.
Bagi pengunjung yang ingin bermalam di pulau ini, terdapat penginapan yang disewakan bagi wisatawan dengan biaya sebesar Rp. 300.000 hingga Rp. 500.000 permalamnya.


PANTAI BARA BULUKUMBA

Ibarat saudara kembar, Pantai Bara ini sama cantiknya dengan Pantai Bira. Terletak dalam satu garis pantai yang sama, jika air laut sedang surut, maka akses menuju Pantai Bara ini menurut info penduduk sekitarnya, bisa ditempuh dengan hanya berjalan kaki menyusuri sepanjang tepi Pantai Bira hingga sampai di Pantai Bara.
Meskti tidak sepopuler Tanjung Bira yang sudah sangat terkenal hingga ke mancanegara, Pantai Bara juga menyimpan keindahan tersembunyi yang sangat cocok dinikmati pecinta pantai khususnya jika menyukai suasana tenang dan damai, disebabkan pantai ini masih belum banyak diketahui umum sehingga relatif lebih sepi dibanding saudara kembarnya di Tanjung Bira. Yang unik dari Pantai Bara ini adalah banyaknya hamparan pohon kelapa yang berjejer disepanjang tepian pantainya.
Kalian juga bisa tonton Panorama Pantai Bara yang diliput oleh team MTMA dari Trans Media yang sudah saya Reupload di youtube berikut link untuk videonya https://youtu.be/sQlYxoH19O0
Pantai Bara
Eh link videonya salah... heheheh yang ini yang benar https://youtu.be/vmtQ4MCLQVQ
a)   Lokasi
Lokasi Pantai Bara secara administratif terletak di desa Bira Kecamatan Bontobahari. Terletak pada kordinat 120°26'19.25" BT dan 5°36'31.07" LS. Lokasi ini berjarak sekitar 43 kilometer dari pusat Kota Bulukumba.
b)   Aksesibilitas
Selain akses menuju Pantai Bara yang bisa ditempuh via jalur tepi pantai kala air laut surut, akses jalanan lainnya yang umum digunakan adalah melewati jalanan sempit berbatuan yang dikelilingi hutan kecil. Oleh sebab itu jika ingin pergi ke Pantai Bara ini menggunakan mobil ataupun motor, usahakan agar tidak terlalu sore disebabkan akses jalanan yang masih tidak mulus tersebut serta lingkungan sekitarnya yang terkadang banyak dijumpai monyet-monyet liar serta babi hutan berkeliaran disekitarnya.
Mobil dan motorpun bisa diparkir ditempat yang telah disediakan dan kemudian kita berjalan kaki menuju pantainya yang letaknya agak menurun dari sisi bukit tempat parkirnya. Masih minimnya fasilitas disekitar sini menyebabkan akses menuju pantainya pun belum dilengkapi dengan tangga atau jalanan yang mulus sehingga perlu sedikit effort menuruni batu-batu besar untuk sampai ke pasir tepian pantainya.

Kondisi jalan menuju Pantai Bara
c)    Sarana dan Akomodasi
Untuk masuk ke lokasi wisata ini, harus melewati pos masuk Pantai Tanjung Bira karena akses menuju pantai ini harus melewati pantai Bira. Jadi tiket yang digunakan adalah tiket pantai Bira.
Di sekitar pantai telah disediakan tempat parkir dengan tarif parkir untuk motor sebesar Rp.2.000,- dan untuk mobil sebesar Rp. 5.000,-. Untuk wisatawan yang ingin menginap di pantai ini, terdapat bungalow/penginapan di sepanjang pantai dengan tariff sebesar Rp.300.000,- sampai Rp. 500.000,- . Namun pengunjungpun bisa memilih penginapan atau hotel yang berada di area sekitar Tanjung Bira karena lokasinya yang berdekatan (kurang lebih 3 km). selain itu, untuk menghemat biaya, pengunjung yang ingin menginap di Pantai Bara, biasanya membawa tenda sendiri.
Seperti wisata pantai pada umumnya, hal-hal yang bisa dilakukan disini adalah berenang di pantai, berwisata ke pulau disekitarnya (Pulau Liukang Loe), snorkling, bersantai ditepi pantai sembari menikmati kelapa muda, bersantai di hotel ataupun sekedar foto-foto sembari menikmati panorama dan keindahan pantai dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat fasilitas Dive Center yang memungkinkan para Diver yang sudah memiliki license untuk mengintip keindahan bawah laut sekitar Pantai Bara.

Bungalow/Penginapan di sepanjang Pantai Bara

d)    Dokumentasi di Pantai Bara


















PANTAI BIRA BULUKUMBA

Pantai Tanjung Bira merupakan pantai berpasir putih yang sangat terkenal di Provinsi Sulawesi Selatan. Pantai dengan keindahan serta kenyamanannya membuat pantai ini terlihat bersih, rapi dan mempunyai air yang jernih. Karena keindahan dan kenyamanannya tersebut, Tanjung Bira terkenal di mancanegara. Banyak wisatawan asing dari berbagai negara dating berwisata di tempat ini untuk mengisi acara liburan mereka.
Pasir pantainya yang berbeda dari pasir pantai lainnya membuat Tanjung Bira sangat nyaman. Tekstur pasir yang lembut merupakan ciri dari Pantai Tanjung Bira. Pesona pantai dengan panorama alam pesisir pantai tropis yang terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi. Pantai yang membujur dari sisi utara hingga selatan ini tampak sangat memukau siapa saja yang datang berkunjung. Jajaran pohon kelapa serta bukit karang yang tampak kokoh menjadikan pantai ini terlihat nyaman.
Pantai Tanjung Bira

a)        Lokasi
Lokasi Pantai Bira secara administratif terletak di desa Bira Kecamatan Bontobahari. Terletak pada kordinat 120°27'25.86" BT dan 5°36'55.42" LS. Lokasi ini berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Bulukumba.
b)       Aksesibilitas
Pantai Tanjung Bira merupakan objek wisata yang mudah diakses karena lokasi ini dapat diakses dengan angkutan umum seperti mikrolet (pete-pete) dengan biaya sekitar Rp. 10.000,-/orang dari terminal Bulukumba. Waktu yang ditempuh dari Kota Bulukumba sampai ke Tanjung Bira sekitar 1 jam lamanya. Selain tarif perjalanan yang cukup murah, jalan yang dilalui juga cukup baik.
Perda No. 13 Tahun 2012 mengatur tentang tariff masuk ke objek wisata yang berbunyi”Pariwisata Kabupaten Bulukumba dengan bijak mematuhi dan menjalankan sapta pesona wisata serta kewajiban membayar retribusi anak-anak: Rp. 3.000,- , Dewasa: Rp. 10.0000,-, dan Mancanegara: Rp. 20.000,-.
Perda No. 3 Tahun 2013 mengatur tentang retribusi parker pada tempat wisata di kabupaten bulukumba  yang mana tariff parker untuk sepeda motor sebesar Rp. 5.000,- mobil pribadi dan sejenisnya sebesar Rp. 10.000,- serta Bus dan Bus mini sebesar Rp. 25.000,-
Pos masuk ke Pantai Tanjung Bira
c)        Sarana dan Akomodasi
Sarana serta akomodasi di Tanjung Bira sangatlah lengkap, seperti tempat penyewaan perlengkapan menyelam, kamar mandi yang nyaman, penyewaan motor, dan pelabuhan kapal ferry yang digunakan untuk mengantar para wisatawan yang ingin menyeberang ke Pulau Selayar. Untuk akomodasi penginapan tersedia villa, bungalow, dan hotel dengan tarif yang relatif murah yang didukung dengan rumah makan ataupun restoran. Di sekitar pantai juga terdapat pusat ole-ole yang mana menjual kerajinan tangan penduduk Desa Bira serta kaos oblong yang desainnya menggambarkan keindahan pantai bira.
Di Sekitar Pantai Tanjung Bira terdapat satu resort yang menjadi daya Tarik wisatawan untuk berkunjung ke pantai bira. Resort ini bernama Ammatoa Resort yang mana menyediakan kamar untuk pengunjung yang ingin menginap di pantai bira. Selain itu Ammatoa Resort juga menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat memanjakan pengunjungnya antara lain Kolam renang yang menghadap ke laut, di samping kolam terdapat café yang merupakan tempat untuk bersantai sambil menikmati berbagai macam minuman yang telah disediakan oleh pengelola resort tersebut.


PANTAI MARUMASA BULUKUMBA

Pantai Marumasa merupakan pantai dengan luas area pantainya tidak terlalu panjang namun memiliki pemandangan yang cukup eksotis dengan barisan pohon kelapa di sepanjang tepi pantainya.
Pantai ini merupakan salah satu objek wisata yang belum banyak dikenal oleh wisatawan. Pengunjung objek wisata ini masih sangat kurang olehnya itu, pantai ini belum banyak di ekspos oleh Wisatawan dan masih terlihat alami
Sepanjang Pantai banyak perahu/sampan yang terparkir ini disebabkan karena selain dijadikan tempat wisata, pantai ini juga digunakan oleh masyarakat sekitar untuk memarkir perahu/sampan yang biasaya mereka gunakan untuk menangkap ikan.

a)      Lokasi
Lokasi Pantai Marumasa secara administratif terletak di desa Darubiah Kecamatan Bontobahari. Terletak pada kordinat 120°27'33.67" BT dan 5°34'31.69" LS. Lokasi ini berjarak sekitar 36 kilometer dari pusat Kota Bulukumba.

b)     Aksesibilitas
Untuk menuju ke Pantai Marumasa, disarankan menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak adanya kendaraan umum yang menjangkau Pantai tersebut. Kondisi jalannya lumayan buruk untuk dilalui karena jalan menuju pantai belum diaspal ataupun dibeton. Olehnya itu pengunjung harus berhati-hati melewati jalan tersebut.
Kondisi jalan Menuju Pantai Marumasa
c)      Sarana dan Akomodasi
Untuk masuk ke lokasi objek wisata ini, tidak dikenakan biaya sama sekali. Hanya saja belum adanya dukungan pengembangan dan pelestarian di lokasi wisata ini sehingga tidak ada tersedia fasilitas lain yang mendukung berbagai aktivitas wisata.
Jika ingin bermalam di Pantai, pengunjung harus membawa tenda dan makanan sendiri, karena tidak adanya penginapan dan warung yang disediakan di sekitar pantai tersebut.pengunjung harus berhati-hati melewati jalan tersebut.




PANTAI KASUSO (BATU TAHA)

Pantai Kasuso merupakan destinasi wisata baru yang ada di Kabupaten Bulukumba, karena banyak dikunjungi oleh wisatawan. Akhir-akhir ini diperkirakan ribuan wisatawan yang mendatangi Pantai Kasuso setiap minggunya.
Pantai Kasuso juga disebut kampung perempuan. Menurut penduduk setempat, dikatakannya kampung perempuan karena banyak ditinggal suami ketika berlayar mencari ikan. Makanya jika berkunjung ke Pantai Kasuso, penduduk yang banyak dijumpai adalah perempuan.
Pantai Kasuso memberikan alam yang begitu indah dengan lautan yang membiru serta pantai yang berpasir putih. Di pantai ini pula Anda bisa menemukan batu besar di pinggiran pantai layaknya pulau kecil yang disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan “batu taha” atau “batu daun”.
Pantai Kasuso

a)      Lokasi
Lokasi Pantai Kasuso secara administratif terletak di desa Darubiah Kecamatan Bontobahari. Terletak pada kordinat 120°26'43.74" BT dan 5°33'36.87" LS. Lokasi ini berjarak sekitar 36  kilometer dari pusat Kota Bulukumba.
b)     Aksesibilitas
Untuk menuju ke Pantai Kasuso, disarankan menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak adanya kendaraan umum yang menjangkau Pantai tersebut. Kondisi jalannya lumayan baik untuk dilalui. Hanya saja jalan menuju pantai tersebut sangat curam dan banyak tikungan tajam. Olehnya itu pengunjung harus berhati-hati melewati jalan tersebut.
Kondisi Jalan­ Menuju Pantai Kasuso
c)      Sarana dan Akomodasi
Untuk masuk ke lokasi objek wisata ini, tidak dikenakan biaya sama sekali. Karena belum adanya dukungan pengembangan dan pelestarian di lokasi wisata ini sehingga tidak ada tersedia fasilitas lain yang mendukung berbagai aktivitas wisata. Hanya balai-bali bamboo sederhana yang disediakan di sekitar pantai yang biasanya digunakan oleh wisatawan untuk beristirahat.
Jika ingin bermalam di Pantai Kasuso, pengunjung harus membawa tenda dan makanan sendiri, karena tidak adanya penginapan dan warung yang disediakan di sekitar pantai tersebut.
Untuk pengunjung yang ingin berenang di pantai, biasanya membawa pakaian renang sendiri karena tidak ada tempat penyewaan perlengkapan renang di sekitar pantai Kasuso.
Balai-balai sederhana dan tempat parkir Pantai Kasuso


PANTAI LEMO LEMO BULUKUMBA

Pantai Lemo-lemo masih asing di telinga publik. Keberadaanya yang masih alami dan cenderung belum tersentuh oleh pembangunan membuat daerah yang bertanah karang itu belum banyak dilirik para wisatawan. Padahal daerah ini memiliki banyak daya dukung untuk dikembangan sebagai destinasi wisata bahari di Bulukumba. Kondisi pantainya yang berpasir putih dan bentangan pantainya yang cukup panjang dan luas merupakan modal yang cukup untuk menarik para pelancong. pantai lemo-lemo menyuguhkan suasana yang sejuk. Hutan dengan tumbuhan heterogen yang berada di sekitar pantai membuat suasana di pantai ini terasa sejuk meski sinar matahari menyengat.
Daya pikat pantai ini bukan hanya terletak pada pasir putih dan air laut yang masih jernih, tetapi juga beberapa gugusan batu karang yang menyembul ke permukaan air yang masih alami. Fenomena alam lain yang juga menarik di Lemo-Lemo adalah munculnya mata air tawar di tepi pantai.
Pantai ini diberi nama Pantai Lemo-Lemo karena tempatnya berada di Kelurahan Tanah Lemo yang mana dulunya adalah sebuah pusat kerajaan Lemo-Lemo. Kerajaan ini adalah kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Gowa. Sebagai sebuah daerah taklukan, Lemo-lemo berkewajiban untuk menyediakan armada bagi Kerajaan Gowa. Oleh karena itu tidak mengherankan jika masyarakat Lemo-Lemo secara turun temurun mewarisi keahlian membuat perahu hingga kini. Meski intensitasnya tidak sebanyak pembuatan perahu di Tanah Beru, tetapi pemandangan pembuatan perahu atau kapal pun masih dapat dijumpai di Pantai Lemo-Lemo.
Pantai Lemo-Lemo


Dokumentasi di Pantai Lemo Lemo
a)      Lokasi
Lokasi Pantai Lemo-Lemo secara administratif terletak di Kelurahan Tanah Lemo Kecamatan Bontobahari. Terletak pada kordinat 120°23'32.15" BT dan 5°35'2.41" LS. Lokasi ini berjarak sekitar 33 kilometer dari pusat Kota Bulukumba.
b)     Aksesibilitas
Untuk menuju lokasi Pantai Lemo-Lemo dapat menggunakan kendaraan pribadi atau becak motor atau masyarakat setempat menyebutnya BEMOR yang banyak di dapati di sekitar pintu masuk pantai ini. kondisi jalannya cukup baik karena telah diaspal oleh pemerintah. Untuk masuk lokasi objek wisata ini pengunjung tidak dikenakan biaya.
Kondisi Jalan Menuju Pantai Lemo-Lemo
c)      Sarana dan Akomodasi
Objek Wisata Pantai Lemo-Lemo menyediakan beberapa fasilitas pendukung berbagai aktivitas wisata antara lain musholah, penginapan, WC umum, penyewaan ban, tempat parkir kendaraan, tempat sampah, balai-balai bambu untuk beristirahat, dan warung.
Untuk masuk ke objek wisata ini, tidak perlu untuk membeli tiket masuk, hanya saja untuk menggunakan fasilitas yang ada, dikenakan biaya, seperti: jika pengunjung ingin menggunakan fasilitas balai-balai bambu, ini dikenakan tariff Rp.20.000/Balai. Selain itu, untuk menggunakan fasilitas wc umum, dikenakan tarif Rp.2.000/orang.
Jika ingin bermalam di Pantai Lemo-Lemo, penunjung dapat menyewa penginapan yang terdapat di pinggir pantai dengan biaya sebesar Rp. 300.000 – Rp. 500.000/malam. Untuk pengunjung yang ingin berenang di pantai, dapat menyewa ban yang disediakan oleh pengelola pantai dengan biaya sebesar Rp. 5.000/ban.
Balai – Balai Pantai Lemo-Lemo